Sikap Seorang Muslim Terhadap Wabah Virus Corona
SIKAP SEORANG MUSLIM TERHADAP WABAH VIRUS CORONA
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حفظه الله
Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala nikmat yang Allah karuniakan, nikmat islam, nikmat iman, nikmat sehat, nikmat ‘afiat, dan nikmat dijauhkan oleh Allah dari berbagai macam malapetaka.
Dalam kesempatan ini, kita akan membahas tentang sikap seorang muslim menurut syariat Islam terhadap wabah virus Corona (Covid-19) yang menyebar dimana-mana dan membuat sebagian kaum muslimin dan juga sebagian negara di dunia ini panik.
Bagaimana sikap yang benar menurut syari’at Islam dalam menghadapi musibah yang seperti ini:
1. SEORANG MUSLIM WAJIB MENGIMANI DAN MEYAKINI DI ALAM SEMESTA INI HANYA ADA SATU ILAH (SATU TUHAN), YANG MENGATUR ALAM SEMESTA INI YAITU ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ
“Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.” [Al-Baqarah/2 : 163]
Bahwa kita wajib meyakini dan mengimani, apa-apa saja yang terjadi di langit dan di bumi dan diantara keduanya dan diseluruh alam semesta ini tidak lepas dari kehendak Allah. Adanya kehidupan, adanya kematian, penciptaan, pemberian rizki, adanya wabah penyakit, adanya gempa, banjir, peperangan, pembunuhan, apa saja yang terjadi, semua berjalan dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah tidak boleh ditanya tentang apa yang Allah perbuat.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
لَا يُسْـَٔلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْـَٔلُونَ
“Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan, tetapi merekalah yang akan ditanya.” [Al-Anbiya/21 : 23]
Seorang mukmin wajib meyakini dan mengimani bahwa apa saja yang terjadi baik yang di langit maupun di bumi dan diantara keduanya serta di seluruh alam semesta itu tidak terlepas dari kehendak Allah. Dan Allah Ta’ala berbuat menurut apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kehendaki.
Sebagaimana firmanAllah ‘Azza wa Jalla:
وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ ﴿١٤﴾ ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيدُ ﴿١٥﴾ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ
“Dan Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Pengasih yang memiliki ‘Arsy. Lagi Maha Mulia, Maha Kuasa berbuat apa yang Dia kehendaki.” [Al-Buruj/85:14-16]
Setiap apa yang dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta’ala itu berjalan dengan ilmunya Allah dan berjalan dengan hikmahnya Allah.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila Allah kehendaki Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha bijaksana.” [Al-Insan/76 : 30]
Di dalam Kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah di point yang ke 40, dibahas tentang iman kepada takdir baik dan buruk.
Iman kepada Qodar (takdir) baik dan buruk ada empat tingkatan :
a. Al-Ilmu (Ilmu), bahwa ilmunya Allah meliputi segala sesuatu, tidak ada satupun yang terluput dari ilmunya Allah, apa saja yang terjadi di langit dan di bumi, Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti mengetahuinya.
Tidak ada satupun yang luput dari Allah, sekecil apa pun Allah pasti mengetahuinya.
Sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla:
أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ ٱللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَىْءٍ عِلْمًۢا
“…Bahwasanya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu, Dan ilmu Allah benar benar meliputi segala sesuatu.” [At-Thalaq/65 : 12]
Dan juga Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ إِلَّا هُوَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِى ظُلُمَٰتِ ٱلْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
“Dan kunci-kunci semua yang ghaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Allah. Allah mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan semua tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” [Al-An’am/6 : 59]
b. Al-Kitabah (Penulisan), bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mencatat semua taqdir makhluk di Lauh Mahfuzh. Tidak ada satupun yang luput sama sekali.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِى ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِۗ إِنَّ ذَٰلِكَ فِى كِتَٰبٍۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ
“Tidak kah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa yang di langit dan di bumi? Sungguh, yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah.” [Al-Hajj/22: 70]
Begitu pula Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمَ، قَالَ لَهُ: اُكْتُبْ! قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اُكْتُبْ مَقَادِيْرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ.
“Yang pertama kali Allah ciptakan adalah Qalam (pena), lalu Allah berfirman kepadanya : ‘Tulislah ! Ia menjawab : ‘Wahai Rabbku apa yang harus aku tulis ?’ Allah berfirman : ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadinya Kiamat.” [HR Abu Dawud (no. 4700), shahih Abi Dawud (no. 3933), at-Tirmidzi (no. 2155, 3319) Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah (no. 102), al-Ajurry dalam asy-Syari’ah (no. 180), Ahmad (V/317), Abu Dawud ath-Thayalisi (no. 577), dari Sahabat Ubadah bin ash-Shamit Radhiyallahu ‘anhu, hadits ini shahih]
(Lihat Syarah ‘Aqidah Ahluss Sunnah wal Jama’ah (hlm. 337-cet. Ke-17), Pustaka Imam Syafi’i, Jakarta)
c. Al-Masyi-ah (Kehendak), mengimani masyi-ah (kehendak) Allah yang pasti terlaksana dan qudrah (kekuasaan) Allah yang meliputi segala sesuatu.
d. Al-Khalq (Penciptaan), Allah lah yang menciptakan segala sesuatunya
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ
“Allah pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu.” [Az-Zumar/39 : 62]
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَٱللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” [Ash-Shaffat/37 : 96]
Oleh karena itu, berkaitan dengan bencana, musibah, petaka, wabah virus corona, gempa, banjir, terjadinya peperangan, pembunuhan dan yang lainnya, semuanya sudah dicatat di Lauh Mahfuzh, semua berjalan dengan kehendak Allah dan tidak terlepas dari ilmunya Allah dan hikmahnya Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
“…Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” [An-Nisa’/4 : 111]
Hikmah Allah tidak bisa kita ketahui semuanya, ribuan hikmah yang dapat diambil faedah dari apa yang Allah takdirkan dan apa-apa yang Allah perbuat.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : “Andai kata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah. Namun akal kita sangat terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit, dan ilmu semua makhluk akan sia-sia (tidak ada artinya) jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia (tidak ada artinya) di bawah sinar matahari. Dan ini pun hanya gambaran saja, yang sebenarnya tentu lebih dari sekedar gambaran ini.” [Syifaa-ul ‘Aliilfii Masaa-ilil Qadhaa’wal Qadar wal Hikmah wat Ta’liil (hal. 452) cet. Daaru Zamzam]
(Lihat Hikmah Di Balik Musibah dan Ruqyah Syar’iyyah ; Yazid bin Abdul Qadir Jawas, hlm. 15-cet. Ke-4, Pustaka Imam Syafi’i, Jakarta)
2. KETIKA TERJADI MALAPETAKA, BENCANA ATAU WABAH PENYAKIT, SEORANG MUSLIM HARUS MELIHAT KEPADA DIRI SENDIRI, MELIHAT KEPADA KELUARGA, MASYARAKAT, TENTANG DOSA-DOSA APA YANG KITA DAN MEREKA TELAH KERJAKAN?? SEBAB APA YANG TERJADI TIDAK LEPAS DARI PERBUATAN MANUSIA DAN DOSA-DOSA MANUSIA.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍ
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tangan mu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” [Asy-Syura/42 : 30]
Allah meyebutkan apa saja yang menimpa kita dan kerusakan yang ada baik di daratan maupun di lautan, disebabkan karena perbuatan manusia, sebabnya karena dosa-dosa manusia.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ﴿٤١﴾ قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ ۚ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” [Ar-Rum/30 : 41-42]
Jika kita lihat apa yang terjadi saat ini (meluasnya wabah Corona di seluruh dunia, -ed.) tidak terlepas dari dosa-dosa manusia. Dan dosa yang paling besar adalah Syirik, banyak orang yang menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Memalingkan ibadah kepada selain Allah. Karenanya, Allah memberikan hukuman atas perbuatan mereka.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
مَّآ أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَۚ وَأَرْسَلْنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولًاۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًا
“Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi.” [An-Nisa’/4 : 79]
Di dalam ayat ini disebutkan “keburukan apa pun yang menimpa mu dengan sebab kesalahan dan dosamu”. Jadi musibah dan wabah dengan sebab dosa dan maksiat.
Kalau seandainya Allah Subhanahu wa Ta’ala mau mengazab semua manusia dengan sebab dosa-dosa mereka, maka tidak ada yang tertinggal sedikitpun di muka bumi ini dengan sebab dosa-dosa manusia, tapi Allah Ta’ala menangguhkannya sampai waktu yang sudah ditentukan.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَلَوْ يُؤَاخِذُ ٱللَّهُٱلنَّاسَ بِمَا كَسَبُوا۟ مَا تَرَكَ عَلَىٰ ظَهْرِهَا مِن دَآبَّةٍ وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمْ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّىۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِۦ بَصِيرًۢا
“Dan sekiranya Allah menghukum manusia disebabkan apa yang telah mereka perbuat, niscaya Allah tidak akan menyisakan satu pun makhluk bergerak yang bernyawa di bumi ini, tetapi Allah menangguhkan (hukuman)nya, sampai waktu yang sudah ditentukan. Nanti apabila ajal mereka tiba, maka Allah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” [Fathir/35: 45]
3. DIANTARA HIKMAH TIMBULNYA PENYAKIT, WABAH VIRUS CORONA ATAU ADANYA MUSIBAH, BENCANA, MALAPETAKA, DAN YANG LAINNYA, AGAR MANUSIA INI SADAR DAN KEMBALI KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA .
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَآ إِلَىٰٓ أُمَمٍ مِّن قَبْلِكَ فَأَخَذْنَٰهُم بِٱلْبَأْسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ
“Dan sungguh, Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelum engkau, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan, agar mereka memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati.” [Al-An’am/6 : 42]
Dalam menafsirkan ayat ini, Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah berkata: ( اَلْبَأْسَاءُ ) yaitu ujian yang ditimpakan kepada mereka ialah berupa kemiskinan dan kesempitan dalam penghidupan. Sedangkan ( الضَّرَّاءُ ) yaitu ujian yang ditimpakan kepada mereka ialah berupa penyakit dan cacat yang menimpa tubuh. ( لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُوْنَ ) artinya dengan keadaan mereka seperti itu, semoga mereka mau tunduk kepada Allah, memurnikan ibadah kepada Allah dan hanya mencintai Allah, bukan mencintai selain Allah, dengan cara taat dan pasrah kepada Allah.” [Tafsir ibni Jarir ath-Thabari (V/241-242), cet. Daarul A’lam, th. 1423 H]
(Lihat Hikmah Di Balik Musibah dan Ruqyah Syar’iyyah ; Yazid bin Abdul Qadir Jawas, hlm. 25-26 cet Ke-4, Pustaka Imam asy-Syafi’i Jakarta)
Diantara dosa-dosa yang dilakukan manusia seperti kesombongan, keangkuhan, kezholiman, kesyirikan dan yang lainnya, sehingga Allah menurunkan berbagai macam bencana, termasuk wabah virus Corona.
4. WABAH PENYAKIT MENULAR PERNAH JUGA TERJADI DI ZAMAN SAHABAT RADHIYALLAHU’ANHUM AJMA’IN.
وَعَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رضي اللَّه عَنْهُ عنِ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « إذَا سمِعْتُمْ الطَّاعُونَ بِأَرْضٍ ، فَلاَ تَدْخُلُوهَا ، وَإذَا وقَعَ بِأَرْضٍ ، وَأَنْتُمْ فِيهَا ، فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا » متفقٌ عليه
Dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Apabila kalian mendengar wabah tha’un melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang kalian ada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri itu.” [Muttafaqun ‘alaihi]
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, ia berkata, aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tha’un, lalu Beliau memberitahukan:
إِنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَـبْـعَـثُـهُ اللهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ، فَجَعَلَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِيْنَ، فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَـقَعُ الطَّاعُوْنُ، فَـيَمْكُثُ في بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا، يَعْلَمُ أنَّهُ لَنْ يُصِيْبَهُ إِلَّا مَا كَـتَبَ اللهُ لَهُ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْـلُ أَجْرِ الشَّهِيْدِ» أخرجه البخاري
“Tha’un ialah adzab yang Allah turunkan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan bahwasannya Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi kaum mukminin. Tidak seorangpun yang terserang penyakit tha’un kemudian dia tetap diam di daerahnya dengan sabar dan mengharap ganjaran dari Allah, dia mengetahui bahwa tidak ada yang menimpanya kecuali apa yang telah Allah tetapkan baginya, kecuali dia akan mendapat ganjaran seperti orang yang mati syahid.” [Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 3474, 5734, 6619), Ahmad (IV/252), dan an-Nasaa-i dalam Sunanul Kubra (no. 7483].
Dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
الطَّاعُونُ رِجْزٌ أَوْ عَذَابٌ أُرْسِلَ عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَوْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ.
“Tha’un adalah semacam azab (siksaan) yang diturunkan Allah kepada Bani Israil atau kepada umat yang sebelum kamu. Maka apabila kamu mendengar penyakit tha’un berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu datang ke negeri itu. Dan apabila penyakit itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, janganlah kamu keluar dari negeri itu untuk melarikan diri daripadanya.” [Shahih:HR. Al-Bukhari (no. 3473), Muslim (no. 2218 (92)]
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan definisi tha’un : Virus yang mengenai tubuh, yaitu luka-luka yang keluar dari tubuh, di siku atau di ketiak atau di tangan, atau di jari-jari dan seluruh tubuh, bengkak bengkak dan sakit yang sangat dan lukanya terasa panas, melepuh, menjadi hitam sekitar bagian anggota tubuh atau hijau warnanya atau seperti warna merah lembayung, jantung berdebar-debar dan muntah-muntah. [Minhajul Muhadditsin wa Sabiilu Thalibiihil Muhaqqiqin fi Syarhi Shahih Muslim (12/335), tahqiq, takhrij dan ta’liq Mazin bin Muhammad as-Sirsawi]
Penyakit Tha’un Adalah Wabah Yang Menular.
Apakah Corona itu sama dengan Tha’un? Sebagian ulama menyebutkan hampir sama tapi jelas tidak sama kejadiannya. Antara sebabnya dan kejadiannya tidak sama, namun tha’un juga menular.
Kata Imam an-Nawawi : Tha’un adalah wabah dan tidak setiap wabah adalah tha’un.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ
“Tidak ada penyakit menular dan tidak ada dampak dari thiyarah (anggapan sial)…” [Shahih : HR. Al-Bukhari (no.5757) dan Muslim (no. 2220)]
Ada seorang Sahabat bertanya kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam. “Ya Rasulullah, saya mempunyai seekor unta yang kudis dan yang lain sehat. Karena unta ini (yang kudis, peny), maka unta yang lain ikut kudis juga.” Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, tidak bisa unta yang kudis tersebut dengan sendirinya menyebarkan penyakitnya kepada unta yang lainnya, tapi siapa yang pertama kali menularkannya itu?? Yaitu Allah Rabbul ‘alamiin.
Adanya penyakit menular dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, bila Allah tidak berkehendak maka tidak akan terjadi.
SIKAP SEORANG MUSLIM TERHADAP WABAH VIRUS CORONA.
1. Kita wajib beriman dan yakin bahwa semua urusan ditangan Allah, apa yang terjadi semua dengan kehendak Allah, dan takdir Allah ditetapkan 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.
كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.
“Allah telah mencatat seluruh takdir makhluk 50.000 (lima puluh ribu) tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” [HR Muslim (no. 2653 (16) dan at-Tirmidzi (no. 2156), Ahmad (II/169), Abu Dawud ath-Thayalisi (no. 557), dari Sahabat Abdullah bin Amr bin al-Ash. Lafazh ini milik Muslim]
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمَ، قَالَ لَهُ: اُكْتُبْ! قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اُكْتُبْ مَقَادِيْرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ.
“Sesungguhnya makhluk yang pertama diciptakan oleh Allah adalah qalam (pena). Allah berfirman kepadanya, ‘Tulislah.’ Ia menjawab, ‘Wahai Rabb-ku, apa yang harus aku tulis?’ Allah berfirman, ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadinya hari Kiamat.’” [HR. Abu Dawud (no. 4700), at-Tirmidzi (no. 2155, 3319), Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (no. 102), Ahmad (V/317), dan selainnya dari Ubadah bin Shamit]
(Lihat Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Yazid bin Abdul Qadir Jawas (hlm. 337), Pustaka Imam Syafi’i Jakarta)
2. Kita wajib meyakini bahwa tidak akan menimpa dan mengenai kita, apakah bentuknya penyakit, wabah, bahaya, bencana dan lainnya kecuali apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah takdirkan dan Allah sudah tulis di Lauh Mahfuzh.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ
“Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.” [At-Taubah/9 : 51]
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ
“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.” [Al-Hadid/57 : 22]
Allah ‘Azzawa Jalla berfirman :
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” [At-Taghabun/64 : 11]
Dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
“…Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh ummat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” [HR At-Tirmidzi (no. 2516) Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam kitab Zhilalul Jannah fi Takhrijis Sunnah (no. 315-318) dan Hidayatur Ruwat (no.5232)].
(Lihat Wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ibnu Abbas, Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Pustaka at-Taqwa Bogor)
Kita harus meyakini, tidak akan menimpa kita sesuatu apa pun, kecuali apa yang Allah telah menetapkannya untuk kita, sehingga tidak akan menimbulkan ketakutan yang luarbiasa seperti yang terjadi sekarang ini. Semua Allah sudah takdirkan, kita wajib usaha yang dibenarkan menurut syari’at, dan menurut dokter yang ahli dalam masalah wabah ini. Tapi serahkan semua urusan kepada Allah. Jangan takut berlebihan!!! Apa yang Allah takdirkan untuk kita, itu yang terbaik untuk kita. Dan Allah Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.
6. KITA WAJIB UNTUK TAWAKAL KEPADA ALLAH, ARTINYA MENYERAHKAN URUSAN DAN MENYANDARKAN HATI KITA HANYA KEPADA ALLAH, TIDAK ADA YANG DAPAT MENGHILANGKAN BAHAYA, PENYAKIT, WABAH VIRUS CORONA, MALAPETAKA, KESULITAN KECUALI HANYA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَإِن يَمْسَسْكَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَۖ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَآدَّ لِفَضْلِهِۦۚ يُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦۚ وَهُوَ ٱلْغَفُورُٱلرَّحِيمُ
“Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Allah memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Allah kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” [Yunus/10 : 107]
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَإِن يَمْسَسْكَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَۖ وَإِن يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
“Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Allah. Dan jika Allah mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha kuasa atas segala sesuatu.” [Al-An’am/6 : 17]
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
“…dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,” [Asy-Syu’ara’/26 : 80]
Obat, dokter dalam mengobati penyakit kita adalah sarana saja, hakekatnya yang menyembuhkan hanya Allah saja. Tidak ada yang bisa memberikan kesembuhan atas suatu penyakit kecuali hanya Allah Azza wa Jalla.
Seorang muslim dan muslimah wajib menyerahkan urusannya kepada Allah, tetapi kita wajib ikhtiar dengan cara-cara yang dibenarkan menurut syari’at. Selain bertawakal kepada Allah, kita wajib ikhtiar yang sesuai dengan syari’at. Ikhtiar yang dilakukan tidaklah berlebih-lebihan. Kita berpegang kepada dalil, kemudian nasehat orang-orang berilmu, kemudian mendengar arahan dokter-dokter yang ahli dalam masalah ini, supaya kita tidak takut berlebihan dan tidak boleh juga meremehkan wabah yang sedang menimpa kita. Dan tidak boleh juga membesar-besarkan perkara ini sehingga membuat orang takut. Menakut nakuti seorang muslim, haram hukumnya dalam Islam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا
“Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.” [Shahih:HR Abu Dawud]
Ingat, kita wajib berhati-hati dan waspada terhadap wabah ini dan bersikap yang wajar sebagai orang yang beriman, tidak berlebih-lebihan, tidak menakut-nakuti orang dengan kematian, tapi kita juga tidak boleh meremehkan masalah wabah virus Corona ini. Kita ikuti arahan Pemerintah, Majlis Ulama, dan Dokter yang ahli dalam masalah ini.
7. RASULULLAH SHALLALLAHU ’ALAIHI WA SALLAM SUDAH MENGAJARKAN APABILA SAKIT SEGERA BEROBAT, AKAN TETAPI YANG MENYEMBUHKAN HANYA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA.
Cara pengobatan penyakit yang diajarkan dalam syari’at Islam mencakup dua jenis :
- Terapi prefentive (pencegahan)
- Terapi kurative (penyembuhan)
Diantara cara pencegahan penyakit wabah virus Corona adalah dengan mencuci tangan, membersihkan diri, dan semua ini Islam sudah mengajarkannya, dengan kita berwudhu setiap hari minimal lima kali.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ
“…Sungguh Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang yang membersihkan diri.” [Al-Baqarah/2 : 222].
Setiap Penyakit Pasti Ada Obatnya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ماَ أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
“Allah tidak menurunkan penyakit melainkan pasti menurunkan obatnya.” [HR Al-Bukhari (no. 5678) Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ, فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ
“Setiap penyakit ada obatnya, jika suatu obat itu tepat (manjur) untuk suatu penyakit, maka penyakit itu akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla.” [HR Muslim no. 2204 dari Jabir Radhiyallahu’anhu]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللهَ خَلَقَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ , فَتَدَاوَوْا وَلاَ تَتَدَاوَوْا بِحَرَامٍ
“Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan janganlah berobat dengan (obat) yang haram.” [HR Ad-Dulabi dalam al-Kuna wal Asma’]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللهَ لَمْ يَجْعَلْ شِفَاءَ كُمْ فِي حَرَامٍ
“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan (dari penyakit) kalian pada apa-apa yang haram.” [HR Abu Ya’la (no. 6930) dan Ibnu Hibban (no. 1397 – Mawaarid), dari Ummu Salamah Radhiyallahu’anha). Lihat Shahih Mawaaridizh Zhamaan (no. 1172)]
(Lihat Hikmah di Balik Musibah dan Ruqyah Syar’iyyah ; Yazid bin Abdul Qadir Jawas, (hlm 40-42 cet Ke-4) Pustaka Imam Syafi’i Jakarta)
8. DIANJURKAN UNTUK BANYAK BERDO’A DAN BERDZIKIR KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA. HANYA ALLAH LAH YANG MENGHILANGKAN BERBAGAI MACAM PENYAKIT, WABAH VIRUS CORONA, BENCANA, MALAPETAKA, DAN YANG LAINNYA.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”[Ghafir/40: 60]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :“Doa adalah ibadah, Rabb kalian berfirman : ‘Berdoalah kamu kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.’ (Al-Mu’min/40 : 60) [HR Abu Dawud (no.1479), at-Tirmidzi (no.3247), Ibnu Majah (no. 3828]
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” [Al-Baqarah/2 : 186]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ الدُّعاءَ يَـنْـفَعُ مِمَّا نَـزَلَ ومِمَّا لمْ يَنْزِلْ، فَـعَـلَـيكُم عِبادَ اللهِ بالدُّعاءِ. رواه الترمذي وغيره
“Doa bermanfaat terhadap apa yang sudah menimpa dan/atau yang belum menimpa. Karena itulah, wahai sekalian hamba Allah, hendaknya kalian berdoa.” [HR At-Tirmidzi (no. 3548) &al-Hakim (I/493) dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma. Lihat Shahih al-Jami’ish Shaghir (no. 3409), dan Hidayatur Ruwat (no. 2175]
(Lihat Do’a & Wirid ; Yazid bin Abdul Qadir Jawas,(hlm42-43-cet. Ke-34) Pustaka Imam Syafi’i Jakarta)
Baca Dzikir Pagi Dan Petang.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa membacanya tiga kali ketika pagi dan sore, maka tidak ada yang membahayakan dirinya.
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dengan menyebut nama Allah, yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun yang akan membahayakan, baik di bumi maupun langit. Dialah Yang Maha Mendengar dan Yang Maha Mengetahui.” [HR At-Tirmidzi (no. 3388), Abu Dawud (no. 5088), Ibnu Majah (no.3869), al-Hakim (I/514), dari Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu].
(Lihat Do’a & Wirid ; Yazid bin Abdul Qadir Jawas, (hlm 169-cet. Ke-34) Pustaka Imam Syafi’i Jakarta)
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ.
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon maaf (ampunan) dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon maaf (ampunan) dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilaha uratku (aib ataupun sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari depan, belakang, kanan, kiri dan dari atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (aku berlindung dari dibenamkan kedalam bumi).” [HR Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (no. 1200), Abu Dawud (no. 5074), an-Nasai (VIII/282) dan IbnuMajah (no. 3871), al-Hakim (I/517-518), dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma].
(Lihat Do’a & Wirid ; Yazid bin Abdul Qadir Jawas,(hlm 167-cet. Ke-34) Pustaka Imam Syafi’i Jakarta)
Baca Do’a-Do’a yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar terhindar dari berbagai macam penyakit yang buruk.
اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي مُنْكَرَاتِ اَلْأَخلاَقِ وَالْأَهْوَاءِ، وَالْأَعْمَالِ، وَالْأَدْوَاءِ
“Ya Allah, jauhkan aku dari berbagai macam kemungkaran akhlak, hawa nafsu, dan amal perbuatan, serta segala macam penyakit.” [HR Ibnu Hibban (no. 956 – at-Ta’liqatul Hisan), al-Hakim (I/532) dan dia menyatakan “Shahih menurut syarat Muslim.”Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Lihat Shahih al-Adzkar (1187/938]
(Lihat Do’a & Wirid ; Yazid bin Abdul Qadir Jawas, (hlm 303-cet. Ke-34) Pustaka Imam Syafi’i Jakarta)
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ، وَالْجُنُونِ، وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئِ الأَسْقَامِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila, lepra dan keburukan segala macam penyakit.” [HR Abu Dawud (no. 1554), an-Nasai (VIII/270), Ahmad (III/192) & IbnuHibban (no. 1013 -at-Ta’liqatul Hisan) dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu. Lihat Shahih al-Jami’ish Shaghir (no. 1281]
(Lihat Do’a & Wirid ; Yazid bin Abdul Qadir Jawas, (hlm 304-cet. Ke-34) Pustaka Imam Syafi’i Jakarta)
Dianjurkan makan Kurma Ajwa 7 butir, agar terhindar dari sihir dan racun
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنِاصْطَبَحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ
“Barangsiapa di pagi hari makan tujuh buah kurma ‘Ajwa (kurma Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) maka dia tidak akan terkena racun atau sihir.” [HR Al-Bukhari (no. 5769, 5779) & Muslim (no. 2047 (155)). Dari Sa’d bin Abi Waqqash Radhiyallahu ‘anhu, lafazh ini milik al-Bukhari]
(Lihat Hikmah di Balik Musibah dan Ruqyah Syar’iyyah ; Yazid bin Abdul Qadir Jawas, (hlm 74-cet. Ke-4) Pustaka Imam Syafi’i Jakarta)
Meminum air Zamzam
Hadits Jabir Radhiyallahu ‘anhu yang marfu’ :
مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ
“Air Zamzam tergantung kepadat ujuan diminumnya.” [HR Ahmad (III/357,372), Ibnu Majah (no. 3062), dan selainnya dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu ‘anhuma. Lihat Irwaa-ul Ghaliil (IV/320)]
(Lihat Hikmah di Balik Musibah dan Ruqyah Syar’iyyah; Yazid bin Abdul Qadir Jawas, (hlm 109, cet Ke-4), Pustaka Imama Syafi’i Jakarta)
Pengobatan dengan madu dan habbatus sawda
9. SIKAP SEORANG MUKMIN DALAM MENGHADAPI KEJADIAN APA SAJA YANG MENIMPA, KEWAJIBANNYA ADALAH SABAR.
Allah Ta’ala menciptakan makhluk-Nya untuk memberikan cobaan dan ujian, lalu Allah menuntut konsekuensi dari kesenangan, yaitu bersyukur dan konsekuensi dari kesusahan, yaitu sabar. Hal ini tidak bisa terjadi kecuali jika Allah membalikkan berbagai keadaan manusia sehingga peribadahan manusia kepada Allah menjadi jelas.
Ada beberapa dalil yang menunjukkan bahwa musibah, penderitaan, penyakit serta kematian itu merupakan hal yang lazim bagi manusia. Dan semua itu pasti menimpa mereka, untuk mewujudkan peribadahan kepada Allah.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴿١٥٦﴾ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wainna ilaihiraji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” [Al-Baqarah/2 : 155-157]
Jika seseorang benar-benar beriman, maka segala urusannya merupakan kebaikan. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur dan ketika susah, ia bersabar.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan orang Mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang Mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan itu merupakan kebaikan baginya.” [HR Muslim (no. 2999). Dari Shuhaib Radhiyallahu’anhu]
(Lihat Hikmah di Balik Musibah dan Ruqyah Syar’iyyah ; Yazid bin Abdul Qadir Jawas ; (hlm 7 cet Ke-4, Pustaka Imama Syafi’i Jakarta)
Sesungguhnya tidak ada yang bisa menenangkan hati kita ketika mendapatkan musibah atau adanya bencana, wabah dan lainnya kecuali sabar. Setiap cobaan dihadapi dengan sabar, wajib sabar terhadap takdir Allah yang pahit ini.
10. KITA WAJIB UNTUK BERTAUBAT KEPADA ALLAH ATAS SEMUA DOSA.
Sebagaimana sudah penulis jelaskan di atas, bahwa semua bencana, musibah, penyakit, wabah virus Corona, malapetaka, dan lainnya, disebabkan karena perbuatan dosa-dosa manusia, dengan sebab perbuatan dosa, maksiat, dan kedurhakaan manusia kepada Allah.
Obatnya adalah taubat kepada Allah. Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu berkata:
مَانَزَلَ بَلَاءٌ إِلَّا بِذَنْبٍ وَلَا رُفِعَ إِلَّا بِتَوْبَةٍ
“Tidaklah Allah menurunkan bala’ (bencana, wabah penyakit) disebabkan perbuatan dosa, dan tidaklah diangkat bala’ (bencana, wabah penyakit) tersebut kecuali dengan bertaubat (kepada Allah).” [ad-Daa’ wad Dawa’ (hlm 113-cet. Ke-2. 1430 H), karya Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, tahqiq dan takhrij Syaikh Ali Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al-Halabi)
Oleh karena itu kepada seluruh kaum Muslimin segeralah bertaubat kepada Allah. Mudah-mudahan Allah angkat wabah ini dari negeri-negeri kaum Muslimin.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَتُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“…Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang orang yang beriman, agar kamu beruntung.” [An-Nur/24 : 31]
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya…” [At-Tahrim/66: 8]
Tegakkan Shalat yang lima waktu, kerjakan sahalat-shalat sunnah.
Allah Ta’ala berfirman,
اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَ ۗفَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ
“Sesungguhnya yang memakmurkan mesjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”[At-Taubah/9: 18]
Perbanyak istigfar, bertasbih, memuji Allah, berdzikir, melakukan amal-amal sholeh, perbanyak sedekah, memperbanyak shalawat kepada Rasulullah Shalllahu alaihi wa sallam, kita wajib meyakini bahwa kita pasti akan mati dan pasti kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan kita akan dibalas oleh Allah tergantung dari amal-amal yang kita kerjakan.
Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari apa yang terjadi saat ini, agar kita semuanya kembali kepada Allah, meminta ampunan atas dosa-dosa. Kemudian kita wajib menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Jangan tinggalkan shalat yang lima waktu. Dan harus kita ingat, bahwa Allah Ta’ala itu sangat sayang kepada hamba-hambanya. Karena itu, kita harus terus berdo’a kepada Allah, agar Allah Ta’ala menghindarkan kita dari berbagai macam wabah, bencana, dan malapetaka.
Dan ingat ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tha’uun, beliau mengatakan bahwa itu adalah Rahmat bagi kaum Mukminin. Ingat bahwa setiap wabah itu tidak lama, in syaa Allah sebentar lagi akan diangkat oleh Allah Ta’ala. Jangan panik, ketakutan, gelisah. Kita wajib husnuzzhan (berbaik sangka) kepada Allah. Apa yang Allah takdirkan itu yang terbaik bagi kita dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, Maha Kasih dan Sayang kepada kaum Mukminin.
Jangan bersedih dengan musibah ini, Allah sayang kepada kita, semua pasti ada hikmahnya. Yang jelas kalau kita sabar dan ridha, musibah-musibah itu akan menggugurkan dan menghapus dosa-dosa kita, sehingga nanti di akhirat akan ringan hisab kita. Dan mudah-mudahan Allah masukkan kita kedalam Sorga-Nya. Aamin ya Rabbal ‘Alamiin. Mudah-mudahan Shalawat dan Salam dicurahkan kepada Nabi kita Muhammad Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam.
Wallahu A’lamu bis Shawaab
Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Sabtu, 3 Sya’ban 1441 H/ 28 Maret 2020
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/14789-sikap-seorang-muslim-terhadap-wabah-virus-corona.html